Rabu, 03 September 2014

Cloth Diapers ( Clodi )

Cloth Diapers atau sering disebut dengan clodi atau bisa dibilang popok kain cuci ulang. Popok kain berkantung yang memerlukan lapisan penyerap atau insert setiap kali pemakaian. Clodi terbuat dari bahan-bahan berkualitas baik yang dapat menyerap cairan dan membuat permukaan tetap kering sehingga buah hati bebas ruam. Lapisan Inner clodi terbuat dari bahan suede cloth atau fleece yang sangat lembut, ,menyerap cairan dengan cepat dan tetap membuat permukaan inner tetap kering. Lapisan outer clodi terbuat dari bahan waterproof sehingga meminimalkan kebocoran.

KELEBIHAN CLODI

Clodi lebih nyaman dan sehat
Clodi terbuat dari bahan yang lembut, dan bersirkulasi udara yang memberikan anak anda rasa lembut dan nyaman. Banyak clodi juga memiliki bahan bagian dalam yang mampu menyerap kelembaban untuk memberikan rasa tetap kering di pantat bayi.Clodi tidak memiliki plastik yang menggesek kulit seperti banyak terjadi pada popok sekali pakai (pospak). Pospak mengandung bahan kimia, kertas plastic, dan tercatat menimbulkan masalah kesehatan yang serius yaitu reaksi alergi
Clodi memiliki daya serap yang sedikit lebih rendah dibanding pospak. Ini adalah hal yang baik! Clodi mulai basah/lembab rata-rata setelah 4 jam dipakai sedang penyerap ultra pada pospak menyembunyikan kelembaban/kebasahan. Artinya anak-anak akan lebih sering ganti clodi daripada anak-anak yang menggunakan pospak yang berarti duduk di atas kotoran mereka sendiri lebih lama).

Popok kain lebih ekonomis
Penggunaan clodi lebih ekonomis dibandingkan pospak. Meskipun biaya awal clodi lebih mahal, tapi anda akan menghemat banyak karena clodi dapat bertahan bertahun – tahun. Tidak hanya bertahan lama, tapi clodi semakin lama semakin baik, karena semakin sering dicuci maka semakin kuat pula daya serapnya, dan hal ini tidak akan kita dapatkan dari pospak. Sebagai tambahan, bila digunakan sesuai aturan clodi dapat disimpan untuk adik-adiknya kelak.
Ilustrasi perbandingan antara clodi dengan pospak:
Misal harga pospak Rp.75.000 isi 50, 75.000/50=1.500 per pospak
sedangkan pemakaian pospak dlm 1 hari 4 pospak
jadi dalam 1 bulan 4x30 = 120hr, 120xRp. 1.500 =  Rp. 180.000,-
Dalam 1 tahun ( 12 x Rp. 180.000,-) = Rp. 2.160.000,-
Dibandingkan dengan clodi misalkan mempunyai 6 clodi (6 x @ Rp. 75.0000,-) = Rp. 450.000,-
Maka total pemakaian untuk pospak dalam 1 tahun adalah Rp.2.160.000 (belum untuk tahun selanjutnya) sedangkan untuk clodi adalah Rp. 450.000,- dengan catatan clodi masih bisa dipakai terus untuk tahun-tahun selanjutnya.

GO GREEN
Lebih dari 135 kg kayu, 20 kg bahan baku minyak bumi dan 9 kg klorin digunakan untuk memproduksi
pospak untuk satu bayi SETIAP TAHUN. Tidak ada yang tahu berapa lama waktu yang dibutuhkan pospak untuk terurai, tetapi diperkirakan sekitar 250-500 tahun sehingga tidak dapat dipungkiri bahwa clodi jauh lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan pospak, karena clodi dapat dipakai secara berulang-ulang.

Popok Sekali Pakai
Praktis. Begitulah jawaban para ibu kalau ditanya mengapa anaknya diberi popok sekali pakai alias diaper . "Cocok banget untuk musim hujan. Kalau pakai popok kain, kan, harus dicuci dan dijemur. Kapan keringnya?"
Memang, popok sekali pakai jadi mempermudah pekerjaan ibu. Minimal, tak perlu mencuci atau mengganti popok kain setiap kali si kecil pipis. "Selain ibu tak perlu bangun malam, anak juga bisa tidur lebih lelap di malam hari karena tak terganggu. Kalau pakai popok kain, tiap kencing, kan, harus diganti," ujar dr. H.M.V. Ghazali MBA. MM atau Vinci dari Klinik Kid's World, Kramat Batu Jakarta Selatan.
Berbagai jenis popok sekali pakai, kini semakin banyak tersedia di pasaran. Memang, sih, setelah krismon, banyak ibu kembali ke popok kain karena harga diaper (apalagi yang impor), jadi luar biasa mahal. Variasinya pun beragam. Ada yang dibuat khusus untuk bayi perempuan/laki, ada pula yang uniseks. Dari mutu, ada yang berdaya serap tinggi dan sebaliknya.
Yang jelas, berbagai merek diaper itu memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. "Tapi yang penting," pesan Vinci Ghazali, "Jangan pernah mengabaikan masalah kebersihan. Yang sering terjadi, para ibu merasa yakin, pakai diaper pasti bayinya bersih terus." Padahal, kalau popok sekali pakai itu sudah penuh (bayi kencing berulang-ulang), "Daerah di sekitarnya jadi lembab dan bisa menimbulkan iritasi pada kulit anak." Selain itu, rekatan yang rapat dari diaper, bisa saja membuat kulit jadi tak bisa bernapas.

ALERGI DAN IRITASI
Jadi bukan berarti dengan diaper segalanya terus beres, lo. Kelembaban akibat tumpukan air seni atau tinja, menjadi tempat yang paling menyenangkan bagi bakteri dan jamur untuk berkembang biak dan menyebar. Begitu pula jika diaper terkontaminasi oleh bedak dan lotion . Bukankah para ibu "hobi" menaburkan bedak di sekitar alat kelamin atau anus bayi? Dengan kata lain, popok sekali pakai tadi menjadi tak higienis lagi. Dari sinilah, iritasi kulit terjadi.
Gejala awalnya, jelas Vinci Ghazali, terlihat dari kulit yang kemerahan. Bahkan bisa menjadi radang kulit (dermatitis). Yang lebih parah, jika bagian anus kena iritasi, akan cepat menyebar ke alat kelamin dan lipatan pangkal paha. Akibatnya, terjadi infeksi sekunder di kedua daerah tersebut. Bayi pun menjadi rewel karena ia merasa kulitnya gatal, perih, dan panas.
Bahan diaper sendiri bisa menimbulkan alergi pada kulit bayi. Sebab, tiap bayi punya kepekaan kulit sendiri-sendiri.Karena itu, kita harus pandai-pandai memilih bahan yang cocok untuk si kecil.
Seperti dituturkan Vinci Ghazali, reaksi alergi menyebabkan permukaan kulit rusak. "Ditambah lagi dengan adanya bakteri serta jamur, permukaan kulit yang sudah rusak ini membuat hilangnya pertahanan tubuh." Reaksi lanjutnya, biasanya muncul secara tiba-tiba dalam waktu 1-2 hari. "Ini berbeda dengan iritasi yang timbulnya lebih lama, setelah beberapa hari atau minggu." Meski begitu, soal waktu tak bisa dijadikan patokan. "Sebab, iritasi dan alergi bisa tumpang tindih terjadinya. Yang pasti, kalau sudah timbul merah-merah di kulit, diikuti lecet atau melepuh seperti bisul air, berarti alerginya sudah akut."
Kasus yang paling sering terjadi, papar Vinci Ghazali, adalah warna kemerahan di sekitar daerah yang langsung berhubungan dengan diaper, yaitu anus, alat kelamin, serta lipatan pangkal paha. "Jarang, kok, yang sampai ke infeksi sekunder."